/* */

Da'wah Haq

Menuju Cahaya Sunnah Bermanhaj Salafus Sholeh

Selasa, 07 April 2009

Meluruskan Sejarah Wahhabi



Dikutip dari: http://maramissetiawan.wordpress.com/2009/03/22/download-audio-bedah-buku-meluruskan-sejarah-wahhabi/


Kata “wahhabi” sudah tidak terasa asing ditelinga kita, ketika orang yang awam mendengar kata ini dan ketika membayangkan kelompok yang disebut dengan sebutan ini maka yang terbetik di mereka adalah aliran Islam yang sesat yang suka mengkafirkan atau menyesatkan kaum muslimin lainnya dan segudang celaan-celaan lain. Semuanya disebabkan oleh adanya sumber-sumber atau rujukan yang tidak jelas kebenarannya dan hanya kedustaan belaka yang tersebar dikalangan orang awam mengenai “Wahhabi”, atau juga karena ketaqlidan (hanya ikut-ikutan) sebagian orang awam terhadap tulisan-tulisan tersebut. Oleh karena itu dalam pembahasan ceramah bedah buku ini akan meluruskan dan membantah beberapa tuduhan yang dilontarkan kepada dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini yang disampaikan langsung oleh penulis, Ust Abu Ubaidah Yusuf. Bagi yang ingin mendapatkan penjelasan detail silahkan merujuk langsung ke buku langsung. Semoga bermanfaat.

Faidah-faidah yang dapat dipetik dari pembahasan,

  1. Bantahan terhadap salah satu artikel yang mencela syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan ajaran yang dibawanya dengan judul “Membongkar Kedok Wahabi, Satu Dari Dua Tanduk Setan” yang dimuat dalam majalah Cahaya Nabawi hal 8-17 edisi 33 th. III Sya’ban 1426 H
  2. Merupakan Sunnatulloh bahwa akan banyak celaan, fitnah, dan tuduhan yang miring yang dilontarkan kepada ulama-ulama yang menyebarkan dakwah tauhid, pemberantas syirik, bid’ah dan mengingatkan ummat atasnya. Hal ini sebagaimana yang menimpa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yang dalam menyebarkan dakwahnya beliau dicela, difitnah, bahkan disakiti oleh orang-orang yang tidak menyukai dakwah tauhid beliau. Maka barangsiapa yang mengaku mengikuti Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, pasti akan mengalami hal yang sama yaitu dalam celaan, fitnah dan tuduhan yang jauh dari kebenaran untuk menjauhkan ummat kepada dakwah tauhid yang dibawanya.
  3. Keroposnya sumber, rujukan atau referensi penulis artikel tersebut, mengingat betapa pentingnya suatu penukilan dan periwayatan terhadap suatu kabar. Imam Muslim rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa merupakan kewajiban atas setiap orang yang bisa membedakan antara riwayat yang shahih dan lemah, dan antara penukil yang terpercaya dan pembohong, hendaknya dia tidak meriwayatkan kecuali kabar yang dia ketahui keabsahannya dan penukil yang terpercaya, dan menjauhi dari kabar orang-orang yang tertuduh dan penyeleweng dari kalangan ahli bid’ah. Adapun dalil yang menguatkan hal ini adalah firman Allah….(QS. Al-Hujurat :6) (Shahih Muslim 1/20-22 Syarah Nawawi)
  4. Sumber artikel tersebut berputar pada dua orang, yang pertama Mr.Hemper dan Syaikh Ahmad Zaini. Mr. Hemper, yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di timur tengah, sebagaimana pengakuan penulis (artikel tersebut) sendiri (hal.9). Jadi Hempher adalah seorang orientalis kafir yang dengki terhadap Islam dan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kerusakan. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa riwayat orang kafir adalah mentah, tidak diterima. Sedangkan tentang Syaikh Ahmad Zaini, syaikh Muhammad Rasyid Ridha mengatakan, “Sesungguhnya Dahlan bukanlah seorang yang ahli di bidang hadits, sejarah, dan ilmu kalam. Dia hanyalah taklid kepada orang-orang yang juga taklid dan hanya menukil dari kitab-kitab mutaakhirrin (orang-orang belakangan) ” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal.23). Dengan demikian jika dilihat dari sumber rujukan, maka artikel tersebut berada pada pondasi yang keropos.
  5. Kitab-kitab yang dijadikan sumber rujukan artikel tersebut dengan kedua tokoh di atas sarat dengan kedustaan dan pemutarbalikkan fakta.
  6. Wahhabi bukanlah sebuah gelar yang dicetuskan oleh pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah sendiri, namun dari musuh-musuh dakwah, baik karena politik saat itu atau para pecinta kesyirikan dari kalangan kaum sufi dan rafidhoh dengan tujuan melarikan manusia dari dakwah yang beliau emban dan menggambarkan bahwa beliau membawa ajaran baru atau madzhab kelima yang menyelisihi empat madzhab. (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 76)
  7. Kesalahan penamaan gelar “Wahhabi” itu sendiri jika memang nama tersebut dinisbahkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena nama beliau bukanlah Abdul Wahhab (ayahnya), dan jika mau diluruskan, maka penamaan yang benar adalah “Muhammadiyah” karena nama beliau adalah Muhammad. Jika mau jujur, bahwa “Wahhabi” adalah golongan dan penamaan yang mulia karena justru penisbatan kepada al Wahhab (Maha Pemberi) yang merupakan salah satu nama Allah.
  8. Kelompok yang dituduh dengan sebutan “Wahhabi” bukanlah merupakan madzhab yang baru apalagi merupakan agama tersendiri diluar Islam. Raja Abdul Aziz mengatakan, “Mereka menjuluki kami “Wahhabiyun” dan madzhab kami adalah “Wahhabi” sebagai madzhab tertentu, maka ini adalah kesalahan fatal akibat kabar bohong yang didesuskan oleh sebagian kalangan yang memiliki niat jahat. Kami bukanlah pemeluk madzhab baru atau aqidah baru. Muhammad bin Abdul Wahhab tidaklah membawa ajaran baru. Aqidah kami adalah aqidah salaf shalih yang diajarkan dalam al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana pemahaman salafus shalih. Kami menghormati imam empat, tidak adanya bagi kami Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu Hanifah, semuanya sangat terhormat dalam pandnagan kami.” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal.78).
  9. Pada kenyataannya, dapat kita saksikan sendiri bahwa setiap orang yang memperingatkan ummat atas kesyirikan dan cabang-cabangnya, mengingkari kebid’ahan dan memperingatkan ummat atasnya, maka dia akan disebut “Wahhabi”. Sehingga ini justru menjadi simbol bagi setiap golongan yang mengikuti al-Quran dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman yang benar yaitu pemahaman shalafus shalih. Maka tidak heran ada perkataan ulama, “Jika pengikut Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam adalah Wahhabi, maka akui bahwa diriku Wahhabi.” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 82)
  10. Salah satu contohnya adalah gelar yang diberikan pula kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H) sebagai “Wahhabi”, padahal beliau tidak mengenal Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan hidup pada masa sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 H). Kenapa tidak sekalian saja bahwa syaikh Muhhammad bin Abdul Wahhab itu disebut “Taimiyyi” ? yang bisa saja beliau disebut demikian karena beliau hidup pada masa setelah Syaikh Ibnu Taimiyyah dengan ajaran yang dibawa sama, yakni dakwah tauhid, pemurnian Islam dari Syirik, Bid’ah, dan Khurofat.
  11. Bantahan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merendahkan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, tidak mencintai Nabi, tidak bersholawat kepada Nabi, bahkan tuduhan bahwa beliau mengaku menjadi Nabi.
  12. Bantahan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab suka mengkafirkan kaum muslimin.
  13. Bantahan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah finah Nejed seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam.

Dikutip dari: http://maramissetiawan.wordpress.com/2009/03/22/download-audio-bedah-buku-meluruskan-sejarah-wahhabi/

Selasa, 31 Maret 2009

Peduli Dengan Makanan Kita



"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu."
(al-Baqarah: 168)

Betapa banyak makanan di sekitar kita, mulai dari ikan asin yang berharga seribuan rupiah hingga sirip ikan hiu yang berharga jutaan rupiah pun tersedia di mana-mana. Asalkan ada uang, maka mau makan apapun tinggal pilih makanan apa yang ingin kita santap.

Masyarakat kota sangat peduli dengan tenggorokannya. Ya, hanya tenggorokannya, karena makanan senikmat apapun bila telah melewati kerongkongan maka hilang sudah rasa nikmat makanan kita. Dan tinggallah rasa kenyang karena banyaknya porsi makanan yang masuk ke dalam perut kita atau bahkan seringkali diiringi rasa sakit karena terlalu pedas, terlalu asam, atau terlalu banyak kolesterol yang kita konsumsi.

Masyarakat kota begitu peduli dengan makanan, apalagi bila makanan itu datang dari negeri yang jauh. Jadi bukan sekedar rasa makanan yang membuat suatu makanan dipilih untuk disantap, tetapi juga karena ‘rasa gengsi’ mengkonsumsi makanan dari negeri lain, Amerika dan Eropa khususnya, walaupun rasanya tidak cocok dengan selera lidah kita.

Contoh yang paling jelas adalah makanan siap saji seperti ayam goreng dan burger. Bayangkan ketika masyarakat di negeri asal makanan tersebut menyebutnya sebagai junk food alias ‘makanan sampah’ karena mengakibatkan berbagai penyakit seperti a.l. kegemukan, dengan segala penyakit turunannya, ternyata di negeri kita justru menjadi makanan kebanggaan orang tua dan anak-anak. “Ini lezat dan modern,” begitu kira-kira jawaban mereka jika ditanya kenapa makan di situ.

Rupanya bukan hanya itu makanan impor yang digemari, kinipun banyak orang yang menggandrungi makanan kecil baik berupa kue maupun roti asalkan dari negeri ’sono’. Mereka berbondong-bondong antri membelinya walaupun mahal harganya. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita peduli pada kesehatannya? Apakah kita peduli pada ke-halal-annya?

Memang Allah telah mempersilahkan kita untuk memakan apa saja di bumi ini, sebagai berikut:

"Dialah Zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini semuanya." (al-Baqarah: 29)

Namun Allah pun melarang kita memakan makanan yang diharamkanNya, sebagaimana disebutkan dalam beberapa firmanNya antara lain:

"Telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan oleh binatang buas kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala." (al-Maidah: 3)

Ini tidak berarti semua yang tidak disebutkan dalam ayat tersebut dihalalkan, karena kita masih harus meneliti adakah hadits yang berkaitan dengan hal tersebut, karena kita memang diperintahkan oleh Allah untuk mentaati Rasululloh:

“Katakanlah: Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul…” (QS.24:54).

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS.33:21)

maka menjadi keharusan pula kita memperhatikan makanan-makanan yang dilarang oleh Rasululloh.

MAKANAN DAN MINUMAN HARAM

Secara singkat makanan dan minuman haram dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Bangkai, darah, babi, binatang yang disembelih dengan nama selain Allah atau sembelihan untuk selain Allah (sesajian), mati selain disembelih (kecuali binatang laut) dan sembelihan untuk berhala.
  2. Binatang buas, sebaimana hadits shahih riwayat Imam Muslim (1934), Abu Dawud (2785), An-Nasa'i (7/206) dari Ibnu Abbas ra: “Rasululloh telah melarang semua binatang buas yang bertaring dan burung yang bercakar tajam.”
  3. Segala sesuatu yang kotor, firman Allah: “..dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk..” (QS.7:157)
  4. Khamar, yaitu setiap sesuatu yang memabukkan dan tidak dipersoalkan asal muasalnya. Jadi tidak terbatas pada alkohol saja tetapi juga narkoba. “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar ..” (QS.2:219). Rasululloh juga mengingatkan melalui riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi, bahwa bila banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun adalah haram.
  5. Makanan yang diperoleh dari hasil usaha yang haram misalnya: hasil menjual barang haram, hasil curian, hasil judi, hasil suap, hasil menipu dan hasil riba (bunga pinjaman).

Selain banyak ayat-ayat Qur’an yang mengharamkannya, banyak pula hadits Nabi yang berkaitan, semisalnya: “Sesungguhnya jika Allah mengharamkan pada suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia haramkan pula harganya (jual belinya) pada mereka.” (Hadits Riwayat Abu Dawud (3488) dan lainnya dari Ibnu Abbas ra.

BAHAYANYA MEMAKAN YANG HARAM

Makanan-makanan haram jika dikonsumsi akan menimbulkan dosa, juga dapat mengakibatkan berbagai bahaya baik secara fisik maupun rohani.

Secara fisik contohnya adalah hasil penelitian di Cina dan Swedia membuktikan daging babi mengakibatkan kanker pencernaan, penyakit cacing pita dan lain-lain.

Sedangkan bangkai dan darah mengakibatkan tumbuhnya mikroba dan terjadinya pembusukan usus dan penyakit pencernaan lainnya.

Secara spiritual maka kebiasaan mengkonsumsi makanan haram akan mengakibatkan kita terbiasa melakukan berbagai dosa lainnya. Maraknya zina dan perbuatan yang mendekatinya, kenakalan remaja dan berbagai tindak kriminal di sekitar kita tidak lepas dari bagaimana perilaku makan yang tidak memperhatikan halal dan haram. Dan patut diingat, bahwa setiap dosa akan mengakibatkan datangnya azab dan kesulitan dalam kehidupan di dunia dan akhirat.

Mengingat bahayanya mengkonsumsi makanan haram, maka sudah selayaknya kita mulai peduli dan memperhatikan makanan dan minuman kita. Sedikit ‘bawel’ tentang kehalalan suatu produk tentu tidak menjadi masalah bila kita mengingat manfaat yang kita peroleh di dunia dan akhirat kelak.

Wallahu a’lam bishshowab. (Ibnu AQ/Buletin Jum'at 03 Shafar 1427 / 03 Maret 2006).

Minggu, 29 Maret 2009

Membongkar Dunia Klenik & Perdukunan Berkedok Karomah



Penulis : Zaenal Abidin Syamsudin, Lc
Penerbit: Pustaka Imam Abu Hanifah – Jakarta Timur 2008

Masyarakat masih banyak yang awam dengan fenomena pengobatan alternatif atau perdukunan. Mereka meyakini bila dalam pengobatan tersebut berbau mistik dan klenik maka akan mempercepat dan mempermudah penyembuhan penyakit maupun untuk penyelesaian masalah / kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan mereka. Gelar yang diberikan kepada paranormal ini bermacam-macam. Bila masyarakat yang kurang dekat dengan agama maka mereka tidak peduli apakah paranormal itu biasa dipanggil dukun, orang tua ataupun orang pintar yang memiliki ilmu hitam. Yang penting keinginan mereka terpenuhi, walau dibantu syetan sekalipun. Mereka datang ke padepokan dan menjalankan berbagai persyaratan yang biasanya penuh dengan ritual menentang agama seperti memberi sesajen kepada Nyai Roro Kidul, berzina, membunuh atau menulis ayat al-Qur’an dengan darah haid dsb.

Tetapi bagi mereka yang merasa ‘dekat’ dengan agama maka mereka hanya mau datang kepada paranormal di 'pesantren' yang sebutannya adalah kyai karomah, wali karomah, kyai khos, habib atau lainnya dengan anggapan mereka menggunakan ilmu putih karena dikatakan ilmunya hanya dibantu oleh jin muslim. Bahkan supaya berkesan Islami diberi persyaratan harus berpuasa patigeni, ngrowo, mutih, 40 hari, atau wiridan / membaca sholawat dan amalan tertentu yang tidak ada tuntunannya dari Al-Qur’an dan Sunnah, memberikan rajah, jimat, transfer energi dan lain-lain - yang pada dasarnya adalah amalan bid’ah atau malahan ada yang syirik. Bahkan supaya yakin, diembel-embeli dengan persyaratan agar ilmunya tidak hilang harus menjaga sholat lima waktu – akibatnya seseorang melakukan sholat hanya karena takut ilmu hilang. Namun pada hakekatnya tidak ada bedanya antara dukun dengan kyai karomah, karena bukan sebutan atau panggilannya yang menjadikan pekerjaan mereka sah atau tidak tetapi karena prakteknya yang banyak menyimpang dan merusak akidah Islam yang benar.

Buku ini membagi pembahasan dalam lima bahasan yang dimulai dari Hakekat Karomah Wali Allah, Fenomena Praktek Perdukunan di Indonesia, Menguak jati diri paranormal dan dukun, Hakekat sihir, sejarah dan hukumnya serta yang kelima terapi penyembuhan gangguan sihir, benda keramat dan kesurupan jin. Tentu tidak semua diungkapkan di sini, bagi yang ingin mengetahuinya dapat membeli bukunya dan membaca secara langsung.

Karomah

adalah amr khariq lil ‘adah (kelebihan luar biasa) tanpa dibarengi pengakuan kenabian, dan bukan bentuk pendahuluan kenabian yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang nampak sholih, juga sebagai bentuk dukungan, pertolongan, peneguhan, dan bantuan dalam rangka menguatkan agamanya (lihat kitab Bustanul Arifin – Imam Nawawi).

Bila mukjizat adalah tanda bagi nabi-nabi yang diutus oleh-Nya, maka karomah adalah anugerah atau mauhibah tanpa mengharuskan Allah memberikan kepada wali-Nya. Jika pun karomah diberikan oleh Allah, maka itu terjadi pada orang yang beriman, taqwa dan beramal sholih. Sifat karomah tidak kontinyu (tidak tetap) dan karena keperluan / keadaan darurat, ini bisa kita lihat di dalam Al-Qur’an pada kisah Ashabul Kahfi (orang-orang sholih yang bersembunyi di gua dan tertidur hingga tiga ratus tahun lebih), pengikut Nabi Sulaiman as yang mampu memindahkan singgasana ratu Balqis sekejap mata atau juga kelebihan-kelebihan yang diberikan kepada Maryam, ibunda nabi Isa as. Karomah juga berupa pertolongan Allah yang terjadi kepada para sahabat Nabi di dalam peperangan.

Tidak setiap kejadian luar biasa disebut karomah, bahkan bisa jadi sebagai bentuk tipu daya syetan, sulap, sihir dan tipuan dajjal. Imam Syafi’i berkata: “Jika aku menyaksikan seorang pengikut hawa nafsu terbang di luar angkasa, aku tetap tidak akan percaya kepadanya.” (lihat manaqib asy-Syafi’i).

Pemahaman yang salah

Menurut kaum sufi, “karomah adalah sesuatu yang luar biasa pada wali tanpa dibarengi pengakuan kenabian sebagai tanda bahwa wali itu dimuliakan oleh Allah, diterima amalnya dan didekatkan pada-Nya.” Pengertian ini menyesatkan karena setinggi apapun ketaatannya mengikuti Rasulullah bila tidak mendapat karomah maka akan dianggap tidak sah amalnya. Dan bila seseorang mendapatkan karomah atau keajaban lainnya – maka akan ada banyak orang awam yang kemudian mengkultuskannya bahkan hingga para wali wafat pun masih dianggap bisa berhubungan dengan para pemujanya secara rohani dan memberikan bimbingan (lihat kitab Tanwirul qulub – Syaikh Muhammad Amin), itu sebabnya dikalangan mereka lahir istilah ‘tahdlir al-arwah’ (menghadirkan arwah).

Adapula klaim sesat dimana seseorang bisa menimba ilmu langsung dari Allah dan pintar tanpa belajar (sehingga mereka disebut orang ‘pintar’) karena bisa mengetahui perkara ghaib dan tahu sebelum diberitahu berkat ilmu ‘laduni’. Ini digulirkan oleh Hisyam Ibnu al-Hakam (wafat tahun 199 H), seorang penganut Syi’ah dari Kuffah yang mahir ilmu kalam. Ilmu ini dikait-kaitkan dengan kisah Nabi Khidir dalam QS. Al-Kahfi 65 yaitu: “Dan Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” Jadi dalil ayatnya benar, menafsirkannya salah.

Perbedaan Mukjizat, Karomah dan Sihir

  1. Karomah adalah pemberian dari Allah SWT kepada hambanya yang terpilih yang tidak perlu adanya pengorbanan, begitu pula halnya mukjizat, hanya saja mukjizat khusus diberikan kepada para nabi dan rasul saja sedangkan sihir adalah suatu ilmu yang bisa diperoleh dengan cara dipelajari, yaitu dengan membiasakan ucapan atau perbuatan tertentu
  2. Mukjizat dan karomah tidak akan bisa dimiliki oleh orang yang fasiq dan jahat, adapun sihir tidak muncul kecuali dari orang yang jahat
  3. Mukjizat tidak dapat dilenyapkan sedangkan sihir bisa dilenyapkan
  4. Sihir dapat dimiliki oleh siapa saja atau oleh kelompok manapun. Sihir juga dapat ditiru dan bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu sekaligus. Sedangkan mukjizat tidak mungkin dapat ditiru oleh siapapun
  5. Mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul adalah merupakan kenyataan dimana pada hakekatnya antara yang dzahir dan bathin selaras dan nyata. Sedangkan sihir seringkali terlihat oleh mata tetapi berbeda kenyataannya. Oleh karenanya seringkali orang merasakan penderitaan karena sihir tetapi dideteksi secara medis tidak ada yang sakit.

Beberapa tanda dukun atau paranormal

Para dukun bisa dilihat antara lain dari cara mereka berpraktek.

  • Suka bertanya nama pasien, tanggal lahir dan nama orangtuanya
  • Mengambil sesuatu milik pasien seperti baju, peci, sapu tangan dll.
  • Meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih, kadang darahnya dioleskan ke tubuh pasien, atau bangkainya dibuang di sungai, laut atau tempat lainnya
  • Suka menuliskan rajah atau memberi jimat
  • Meminta pasien untuk membaca doa-doa atau mantera dalam waktu khusus dengan jumlah tertentu
  • Menyuruh pasien memberikan sesaji sebagai kelengkapan ritual
  • Memberi bungkusan hizib
  • Menyuruh pasien menyepi (hujbah, semedi atau tapa)
  • Kadang meminta pasien tidak menyentuh air selama beberapa waktu
  • Memberi sesuatu untuk ditanam di tanah
  • Memberi lembaran kertas untuk dibakar dan tubuhnya diasapi dengannya
  • Berkomat-kamit membaca mantera
  • Menebak nama, rumahnya atau kesulitan si pasien sebelum ia mengatakannya, dll.
Bagaimana seseorang bisa menjadi paranormal

Kesaktian dukun itu bertingkat-tingkat. Semakin tinggi kemampuan jin untuk membantunya maka semakin tinggi pula bayarannya. Tentu saja bayarannya adalah kemusyrikan yang semakin tinggi pula bahkan ada yang hingga menjadikan al-Qur’an sebagai alas kaki saat buang air besar. Secara umum maka seseorang menjadi paranormal karena:

  • Dari warisan nenek moyang, ini karena jin-jin (khadam) yang dimiliki nenek moyangnya menjadi akrab kemudian menjadi pengasuh dan berkuasa atas anak turunannya
  • Bersumber dari apa yang disebut kasyaf, ilham, wangsit atau renungan. Dengan dasar itulah mereka mengklaim bahwa dirinya mendapat karomah, dan makhluk halus (jin) yang berbicara padanya adalah malaikat
  • Dari benda-benda pusaka yang dikeramatkan seperti batu, kayu bertuah, besi kuning, kul buntet, qur’an stambul dll. Benda-benda tersebut konon diperoleh dengan cara semedi atau membeli dengan mahar dari para dukun
  • Puasa, tapa, tirakatan. Contohnya adalah yang penulis pernah lakukan di masa lampau yaitu puasa empat hari tidak makan tidak minum tidak tidur. Setelah sholat baca al-Fatihah tujuh kali tidak napas, sholawat tujuh kali tidak napas, al-Ikhlas tujuh kali tidak napas. Tujuannya adalah untuk menghidupkan kekuatan lima yang ada dalam tubuh yaitu adi ari-ari, sukmo sejati, guru sejati, roh sejati dan kakang kawah
  • Ritual khusus berupa pemujaan kepada syetan dan penyerahan tumbal
Darimana mereka bisa mendapatkan ilmu? Ilmu sihir mereka peroleh karena diajarkan oleh para syaitan-syaitan berjenis jin yang membantu mereka.

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh:102)

Peramal memperoleh informasi dari jin sebagaimana hadits berikut:

Dari A’isyah berkata: ”Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang para dukun. Maka beliau menjawab: ”Tidak punya pengaruh apa-apa”. Maka mereka berkata, ”Ya Rasulullah, mereka terkadang bisa menceritakan sesuatu yang benar kepada kami”. Maka Rasulullah menjawab: ”Kalimat tersebut berasal dari kebenaran yang dicuri dari jin, kemudian dilemparkan ke dalam telinga walinya (dukun), maka mereka mencampurkan kalimat yang berisi satu kebenaran dengan seratus kebohongan.” (HR. Imam Bukhari No.5762)

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: ”Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para malaikat memukulkan sayapnya karena tunduk mendengar firman-Nya, seolah-olah (suara firman-Nya) bak gemerincing rantai besi yang terlempar pada batu. Maka ketika rasa takut telah hilang dari hati malaikat, mereka bertanya: ”Apa yang telah dikatakan Rabbmu?” Malaikat lain menjawab: ”Allah telah mengatkan al haq, sedangkan Dia Maha Tinggi dan Maha Besar. Maka di saat itu ada syetan pencuri kabar yang mendengarkannya. Dan syetan-syetan itu seperti ini... sebagian yang satu naik ke atas sebagian yang lain. Kemudian syetan pencuri kabar tersebut berhasil mendengarkan kalimat (wahyu dari Allah), lalu ia sampaikan kepada syetan yang berada di bawahnya, syetan yang dibawahnya menyampaikan kaliman tersebut kepada syetan yang dibawahnya lagi sampai akhirnya sampai ke lidah tukang sihir atau dukun. Terkadang syetan tersebut keburu diterjang bintang api sebelum sempat menyampaikan kalimat tersebut, terkadang mereka berhasil menyampaikannya kemudian ditambahkan dengan seratus kebohongan bersama dengan kalimat kebenaran yang dicurinya tadi. Akibatnya orang-orang berkata: ”Bukankah dukun itu telah berkata kepada kami hari begini dan begini (dengan benar) demikian dan demikian?” Maka dukun dipercayai karena satu kalimat benar yang didengarnya dari langit. (HR. Bukhari, dalam shahihnya No.4800)

Hukum mendatangi dukun atau paranormal

Beberapa dalil mengenai larangan mendatangi dukun atau peramal.

Dari Imran bin Hushain berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
”Bukan dari golongan kami orang yang menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain, yang bertanya dan yang menyampaikan, atau bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya atau yang menyihir yang meminta sihir untuknya, dan siapa saja yang membuat buhulan dan barangsiapa yang mendatangi kahin dan membenarkan apa yang dikatakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Al Bazzar sebagaimana dalam Kasyful Anstaar 3/399 No. 3044. At-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 18/162 No. 355 dan disebutkan oleh al-Albani dalam Shahihil Jaami’ 2/956)

”Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, lalu bertanya tentang sesuatu, maka tidak diterima sholatnya empat puluh malam.” (Imam Muslim dalam Shahihnya (5782))

”...hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia...” (QS. Al-Baqoroh: 102)

”Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

”Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml: 65)

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian perkara-perkara ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara para Rasul-Nya.” (QS. Ali Imran: 179)

Demikian sekilas buku "Membongkar Dunia Klenik & Perdukunan Berkedok Karomah" yang mana buku ini bisa mengantisipasi kebingungan umat akan maraknya dunia perdukunan di masyarakat luas baik berbentuk buku-buku seperti Mujarobat, Syamsul Ma'arif maupun tayangan-tayangan di televisi dan iklan-iklan klenik di koran-koran.

Billahi tawfik, wassalaamu'alaykum warokhmatulloohi wabarokaatuh.

Memelihara Syaitan Di Rumah Kita




"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 169)


Ya, ternyata di rumah kita ada syaitan, malahan kita memeliharanya, kita membelainya agar tidak ada kotoran yang melekatinya, kita memandanginya setiap hari bahkan ketika kita sedang mengantuk sekalipun. Dan bahkan ketika kita sedang gundah atau tertekan karena menghadapi suatu masalah, kita 'merasa' mendapatkan ketenangan dan hiburan. Ya itulah televisi. Tapi jangan terburu menyalahkan televisi, karena menurut Al-Qur’an, syaitan adalah makhluk yang kerjanya mengajak kepada perbuatan jahat dan keji. Yaitu yang terdiri dari jenis jin dan manusia. Jadi televisi hanyalah alat bagi para syaitan itu. Demikian juga dengan internet dan video game.

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS.Al-Anam : 112).

Inilah yang menjadi biang keladinya. Televisi tidak akan bisa merusak taqwa kita kepada Allah Sub-haanahu wa ta'ala bila saja televisi tidak diprogram oleh manusia-manusia yang bersifat syaitan tadi.

Di televisi kita bisa melihat berbagai tayangan penuh kemaksiatan. Berbagai acara ditayangkan di televisi yang tidak berhenti menjadi corong syaitan untuk men-syi'arkan kemaksiatan, antara lain:

  1. Acara panggung musik: Musik dan nyanyian baik dangdut ataupun pop sama-sama menampilkan goyangan pinggul si penyanyi plus baju minim dan/atau ketat. Isi lagunya pun terkadang risih kita dengar karena berbau mesum dan mengajak kepada perzinaan.


  2. Film impor dan sinetron lokal: Berisi cerita-cerita yang penuh dengan kisah pergaulan bebas (pacaran), kekerasan, hidup glamour, mabuk-mabukan dan kemaksiatan lainnya yang dikemas bersama para ‘bintang’ yang rata-rata cantik dan mengumbar aurat yang terbuka untuk memuaskan mata penontonnya. Walaupun mungkin ada maksud pembuat film untuk 'mendidik' masyarakat tentang keburukan hidup bermaksiat tadi, tapi justru yang sering adalah menampilkan sisi 'kesenangan hidup' bermaksiat tadi dan semakin banyaklah penonton yang menirunya.


  3. Info dunia hiburan: Menampilkan berita hiburan yang penuh dengan ghibah/gosip seputar kehidupan selebriti lengkap dengan tampilan gaya hidup maksiat-nya. Bahkan pernyataan artis yang setuju pergaulan bebas maupun presenter yang kebanci-bancian ditayangkan secara terbuka. Ada juga berita tentang wanita-wanita yang mengikuti kontes ratu sejagad (miss universe) dengan penampilan yang sudah termasuk kategori menyebarluaskan pornografi.


  4. Reality Show: Banyak berupa peng-idolaan (pem-berhalaan) terhadap artis-artis yang menjual 'dirinya' (minimal suara dan kecantikan mereka) agar penonton tertarik memilihnya. Bahkan pernah ada juga acara yang menampilkan seorang pria kaya dan ganteng memilih seorang wanita tercantik dan terseksi dari sekumpulan wanita yang berusaha menarik hati si ganteng dengan caranya masing-masing. Acara gaya barat ini sangat merendahkan martabat para wanita yang sesungguhnya tidak pantas mengejar-ngejar pria seperti itu.


  5. Tayangan Misteri: Tidak mau ketinggalan dengan para syaitan berbentuk manusia, para aktor dan aktris dari jenis jin ini—walaupun bukan penampilan aslinya – ikut meramaikan dunia televisi dengan spesialisasinya yaitu membudayakan syirik. Penonton diajak percaya secara cepat atau lambat terhadap kehidupan mistik seperti ruh orang mati bisa membalas dendam atau masih bisa menolong orang hidup dsb. Penonton juga diajarkan untuk takut kepada kekuatan atau penampakan jin agar mau memberi sesaji, patuh dan melakukan perbuataan syirik lainnya. Bahkan ada sinetron religius pun ikut-ikut menyebarkan takhayul dengan menyebar cerita-cerita tentang kejadian aneh.


  6. Iklan: Hampir semua iklan memancing perilaku konsumerisme/boros. Itu menjadi semakin buruk ketika juga menjadikan tubuh manusia sebagai komoditas. Korbannya kebanyakan adalah wanita yang hanya menjadi obyek tontonan belaka. Sudah itu, di televisi masih ditambah pula dengan iklan plus 'iming-iming' dosa besar berupa syirik oleh sebab mempercayai ramalan bintang, ramalan jodoh, ramalan hidup dan sebagainya seperti yang diiklankan para penyelenggara sms berlangganan. Bahkan iklan bisa secara gratis diberikan stasiun televisi ketika menayangkan rubrik tentang pengobatan secara gaib/alternatif.

Akibat buruk dari tayangan-tayangan yang disebutkan di atas adalah berubahnya orientasi dan tujuan hidup kaum Muslimin:
  1. Terbiasa dengan tayangan yang melalaikan ibadah kita. Bahkan untuk sholat saja kita seringkali tidak tepat waktu atau bahkan meninggalkannya karena acara TV yang menarik pada waktu-waktu adzan dikumandangkan.

  2. Membiasakan meniru (tasyabbuh) cara dan gaya hidup kaum kuffar misalnya budaya hedonis atau mengejar kesenangan belaka, berpakaian terbuka, bergaul bebas antara pria wanita bukan mahram dan akrab dengan makan dan minuman haram.

    "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin 'Umar radhiyalloohu 'anhuma dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' No. 6025)

    Tasyabbuh merupakan suatu perbuatan yang mewariskan sikap kecintaan kepada yang ditirunya. Bila ini menyangkut masalah agama, maka sangat beresiko dengan keimanan kita yang dapat menjadi murtad karenanya.

  3. Menjadikan hidup konsumtif (glamour) sebagai gaya hidup. Materi pun dipertuhankan untuk memelihara gaya hidupnya. Akibatnya, banyak orang tak lagi mampu memilah mana rejeki yang haq dan mana yang bathil karena keserakahannya menumpuk harta untuk gaya hidup berfoya-foya.

  4. Mengejar impian/angan-angan menjadi terkenal dan disanjung-sanjung misalnya dengan menjadi selebritis namun dengan menghalalkan berbagai cara. Kasus muslimah Indonesia yang mengikuti kontes miss universe adalah contoh bagaimana seorang wanita yang rela tubuhnya dipamerkan agar memperoleh status wanita tercantik sedunia, terkenal dan tentu saja menjadi kaya raya.


  5. Hidup penuh kemusyrikan. Dalam mencari rejeki, jabatan, kesembuhan dan jodoh seringkali orang memerlukan jasa dukun, paranormal atau kyai berperilaku dukun dan lupa bahwa Allah tidak ridho dan akan mengazab-nya karena perbuatan itu.

    "Barangsiapa yang mendatangi dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW’. " (Shahih. HR. Abu Dawud 4904, An-Nasai dalam Al-Kubra, At-Tirmidzi 135, Ibnu Majah 639 dan dishahihkan oleh Al-Bani dalam Al-Irwa’ 2006).

    Mendatangi dukun adalah perkara besar. Sekedar datang bertanya saja maka selama 40 malam shalat kita tidak diterima. Dan bila mempercayai ucapannya akan memurtadkan kita. Maka jangan kita tertipu dengan perkataan mereka yang menyatakan bahwa mereka memiliki karomah dari Allah karena banyak ibadah apalagi bila ibadah yang diada-adakan (bid'ah). Sesungguhnya karomah tidak bisa 'dipesan' dan digunakan setiap saat karena memang tidak pernah dipelajari dan datangnya pun atas kehendak Allah ketika orang tersebut dalam keadaan sempit. Jangan pula tertipu dengan perkataan yang menyatakan bahwa ilmunya adalah ilmu putih yang dibantu oleh jin muslim. Karena pada dasarnya bantuan jin beragama apapun tidak dibutuhkan oleh orang beriman karena sifat jin yang mengajak manusia kepada kekufuran. (lihat al-Qur'an surat Jin:6).

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia. (QS.An-Naas : 1-6)

Wallaahu a’lam bishshowab. (Ibnu AQ/Buletin Jum'at, 17 Jumadil Ula 1426 (24 Juni 2005))

Jumat, 27 Maret 2009

Parasit Akidah




Pengarang: A.D. El.Marzdedeq *)

Penerbit: Syaamil Cipta Media 2005

*) adalah Lulusan sejarah agama PTIS tahun 1970, Avasinolog Ma'had At-Thib Al-Islami Jakarta tahun 1966.

Dari namanya, maka buku ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja yang menggeroti akidah sebagaimana halnya benalu yang hidup dengan mengambil keuntungan dari tanaman lainnya. Lambat laun, akidah yang digerogoti secara perlahan dan akibat terburuknya adalah maraknya takhayul, bid'ah, khurofat dan tentu saja kemusyirikan. Ternyata, begitu banyak kebiasaan dan upacara-upacara yang ada di sekitar kita ternyata merupakan kegiatan yang timbul dari luar Islam padahal Rasulullah Shollallohu 'alayhi wasallam melarang umatnya meniru atau mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang kafir.

Di dalam buku ini, penulisnya mengkhususkan permasalahan pada parasit yang berasal dari agama dan kepercayaan di luar Islam beserta contoh-contohnya.

Dimulai dengan menjelaskan asal usul agama yang bersifat:

  1. Wahyu (samawi) yang diturunkan oleh ALLAH Subhananhu wa ta'ala. Agama Yahudi dan Kristen disampaikan oleh Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. bagi bani Israil (agama lokal dan terbatas waktunya) maupun agama Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia dan sepanjang jaman. Agama Yahudi dan Kristen telah rusak karena telah tumbuh benalu bahkan pokok agama tersebut telah hilang dan tinggal benalunya saja. Sedangkan Islam adalah agama yang berpokok pangkal pada kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya sehingga tetap terjaga kemurniannya walaupun ada saja sebagian orang yang menaruh benalu di dalamnya karena tidak berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah.
  2. Agama Thabi'i (kultur, budaya) yaitu agama hasil budaya manusia dimana manusia dilahirkan dengan fitrah beragama dan karena berbagai penyimpangan timbul-lah suatu kepercayaan dengan bentuk peribadatan sendiri. Karena terkadang dibuat oleh orang berpengaruh maka berkembang di masyarakatnya dan dibukukan. Buku pegangan ini biasanya berisikan kumpulan nasihat, sifat-sifat ketuhanan, mitos dsb.

Dari berbagai agama itulah kemudian terjadi asimilasi, akulturasi dan sinkretisme. Banyak berbagai keyakinan dan ritual/upacara suatu agama yang kemudian diyakini oleh penganut agama lainnya.

Kepercayaan asli penduduk Asia Timur dan Tenggara, Polinesia, Mikronesia hingga Amerika Latin ternyata terdapat titik-titik persamaan. Diperkirakan pada tahun 5000 SM terdapat sebuah ajaran penyembahan terhadap "Tu" dan "Yang" berpangkal di Asia Tengah. Peribadatan terhadap "Tu" dan "Yang" semula adalah khas untuk raja. Raja dianggap anak langit dan sederajat dengan "Yang". Bila ia seorang raja maka ia melakukan sembah tu sedangkan rakyat biasa melakukan sembah yang. Konon untuk penyembahan itu dibutuhkan bangunan berundak menyerupai piramid. Bangunan seperti ini ditemui di Asia Timur (China), Asia Tenggara (Termasuk di Indonesia) dan Amerika Latin. Sebenarnya masih banyak lagi bahasannya yang berkaitan dengan agama kultur seperti kultur Aria India, kultur Persia, Samiyah, Hamiyah (Mesir), Jerman, Eropa (Yunani dan Romawi) dll. Khusus mengenai kultur Eropa ini banyak mempengaruhi agama Nasrani.

A. Contoh pengaruh ajaran agama/kepercayaan kultur "Yang"

  1. Sembahyang untuk pendirian rumah baru, ditaruhlah pisang. (Di China buah leci, buah bwee dan paku emas ditancapkan)
  2. Sembahyang untuk menjelang gadis (datang bulan), disuruh melangkahi tungku, gigi dikikis dan berpantang makan nenas, beberapa jenis pisang dsb. Kemudian si gadis mempersembahkan bunga dan beberapa buah-buahan yang mulai menguning untuk "yang" pengurus segala berahi.
  3. Sembahyang untuk perkawinan, pengantin dimandikan diperciki air berkat, dipertemukan, disandingkan dan di-tepung tawari. Beras kuning ditabur untuk mencari kerelaan Dewi Padi / Dewi Sri. Adapula upacara "pecah dara" berupa melepas kambing, burung atau kura-kura.
  4. Sembahyang untuk hamil 3 bulan. Usia 3 bulan disajikan 3 macam buah dan dimandikan 3 kali, ganti pakaian 3 kali dan menyulut hio.
  5. Sembahyang untuk hamil 7 bulan. Disajikan 7 macam sesajian dan dimandikan 7 kali, melepas 3 ikan belut di kain (agar melahirkan lancar) dan menyulut hio, berdagang makanan 7 macam dan dibayar dengan uang-uangan. Sejak itu ia membawa pisau kecil agar tidak diganggu hyang jahat.
  6. Sembahyang untuk setelah bersalin. Dilakukan oleh suami seperti melepas tali-tali yang terikat, melepas anak ayam disertai jampi-jampi, melempar buah semangka atau melepas kura-kura setelah punggungnya dicacah dengan rona hitam. Bayi dimandikan dan tangannya diberi benang putih dan ditaruh cermin agar jika hantu datang lari karena melihat dirinya sendiri. Juga ditaruh pisau kecil untuk pengusir kuyang atau puntianak. Santan ari-ari dicuci dengan garam dan gula dan dikubur dan dinyalakan pelita. Bila bayi sudah bertelungkup dilakukan upacara turun mandi. Jika mulai berjalan diadakan upacara turun tanah. Bila telah mulai pandai bermain dilakukan upacara pilih-pilih bakat dan dimasukkan ke dalam sangkar ayam. Di Asia tenggara juga diadakan upacara 40 hari setelah melahirkan dengan mengundang tetangga dan keramat.
  7. Upacara Kematian.
  • Sehari kematian, bekas tidur si mati dilempar ke atas atap. Setelah dimandikan, mayat didandani. Tirai-tirai dan baju keluarga diganti putih-putih. Dinyalakan lilin putih, hio atau kemenyan di ruangan dalam. Makanan disajikan untuk ruh karena dianggap masih ada disekitar ruangan. Setelah dimasukkan ke peti kemudian wanita meratapi. Tabuhan dibunyikan dengan diiringi nyanyian duka.
  • 3 hari kematian diadakan pesta kematian dan ruh masih dianggap disekitar ruangan. Peti masih ada.
  • 7 hari kematian sajian besar disediakan untuk mengantar ruh ke tempat yang baru di akhirat. Rumah-rumahan, kereta kecil mulai dibakar. Peti diangkat untuk diarak ke kuburan dan saat diangkat saudara muda dan anak-anaknya harus segera masuk ke bawah peti itu. Peti ditaburi bunga-bunga.
  • Pesta kematian 40 hari. Menurut ajaran "yang", ruh pergi sementara ke akhirat. Jika ia orang baik-baik, penduduk akhirat akan menjemputnya.
  • 100 hari kematian, konon ruh sudah punya rumah sendiri. Pada hari ini ruh pulang ke rumah di dunia untuk memberitahu keluarganya. Keluarganya menyambut dengan pesta seratus hari.
  • Setahun kematian dilakukan upacara sembahyang dan ruh diundang untuk makan-makan bersama para tetangga.
  • 3 tahun kematian dilakukan kembali upacara untuk sembahyang dan melepas pakaian putih-putih.
Pada masa Hindu Budha, upacara disesuaikan dengan kepercayaan masing-masing. Pada masa Islam, upacara disesuaikan dengan membaca tahlil, salawat. Bahkan di jawa bulan Sya'ban dinamakan bulan Rewah (arwah). Dan tanggal 15 rewah diadakan sedekah arwah.

Pandangan Islam terhadap kepercayaan "Tu" dan "Yang" adalah termasuk agama kultur dan bersifat panteisme dan syirik. Benalu-benalunya harus dibuang. Jangan menyebut sholat dengan istilah sembah"yang", tidak mempercayai khurafat dan takhayul, jampi-jampi serta jimat-jimat dan tidak meniru kepercayaan / agama lain.

B. Contoh pengaruh ajaran Animisme / Dinamisme

  1. Kepercayaan dan pemujaan masyarakat pada benda-benda seperti tombak, keris, gamelan yang dianggap memiliki ruh.
  2. Kepercayaan terhadap azimat / benda yang berkekuatan gaib seperti batu mirah delima, intan dll. Orang Yunani percaya pada kekuatan gambar besi tapak kuda. Orang Portugis dan Spanyol (Nasrani) percaya pada kekuatan salib di layar kapal mereka. Orang Islam / Sufi percaya pada kekuatan tulisan Arab dsb.

C. Contoh pengaruh ajaran agama/kepercayaan kultur Aria (Weda, Brahman, Hindu, Budha dll)

  1. Kepercayaan dan ketundukan masyarakat pada dewa-dewa atau makhluk halus seperti Batarakala, Ruatan, Gandarwa dsb.
  2. Upacara ruatan. Syiwa bergelar mahadewa dan mempunyai anak Harakala (Batarakala) berwujud raksasa. Kepada Syiwa ia meminta mamsa / daging berupa manusia dan diijinkan oleh Syiwa dengan syarat ketat: anak tunggal, anak kembar, anak yang terbelit tali ari-ari, anak perempuan tak bersaudara laki-laki atau sebaliknya, anak perempuan dari 4 saudara laki-laki atau sebaliknya, anak yang bermain di tepi jalan, orang yang bekerja tepat di tengah hari, orang yang salah letak dalam membangun rumah dll. dan atas petunjuk Syiwa kepada manusia maka untuk menghindarkannya dilakukan upacara saji di antaranya dilengkapi telur angsa yang ditaruh di atas kendi.
  3. Janur (daun kelapa muda) atau daun lontar selalu terbawa dalam setiap upacara. Janur dibentuk lambang-lambang agama berbentuk Cakra Wisynu, Kipas Dewi Ratih, Swastika dan sebagainya. Lambang-lambang ini akan menyenangkan dewa dan menolak bala.
  4. Susunan buah-buahan dalam upacara perkawinan, upacara mandi bunga, sujud pada orangtua, membakar dupa, ketuk pintu dan tanya jawab agar terbuka berkat, upacara menginjak telur untuk dewa parnipa (pengurus kaki) dan mencuci kaki suami, upacara makan sepiring berdua suap-menyuapi, melepas merpati untuk indra (dewa angkasa).
  5. Penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan wuku (setahun dibagi dalam 30 wuku), tahun syaka.
  6. Sihir dan buku ramalan yang berisi ilmu nujum (berdasarkan bintang) dikaitkan dengan nasib, rajah, ramalan wajah, kuku, alis, suara dalam telinga, gerakan urat syarat dll. Dalam ajaran Islam sihir dan ramalan adalah perbuatan dosa besar.
  7. Penghormatan dengan mengatupkan kedua telapak tangan.
  8. Hari Syakti (sekaten), upawasa / puasa hari lahir (Wedalan), bunga rampai saat ziarah ke kubur, pertunjukan wayang.
  9. Penggunaan alat untuk bhakti (ibadah) yaitu genta, lonceng, dhak, aksamala dsb. Dhak atau beduk ditabuh digunakan untuk memulai menyediakan saji dan memuji pada dewa-dewa masing-masing seribu pujian.
  10. Tapa bharata, semadi. Cara semadi antara lain: Menarik nafas dari kundalini, kepala bergerak ke kanan dan nafas ditahan lalu dilepas. Kepala bergerak ke kiri dan nafas ditarik tahan sambil mengucapkan "brahmasmi" atau kepala diputar sambil membaca pujian. Cara nafas ini melahirkan aliran yang disebut yoga / mengheningkan cipta.

D. Contoh pengaruh ajaran agama/kepercayaan Yahudi

  1. Membangun kuburan seperti orang Yahudi. Berbentuk gedung, diberi kelambu. Dalam Islam kuburan dibacakan al-Qur'an, salawat, zikir sehingga mirip masjid.
  2. Dongeng-dongeng Israiliyat yaitu dongeng dari luar bangsa Israil atau dongeng tentang nabi-nabi yang berlebihan. Contohnya: dongeng Harut dan Marut yang mengajarkan sihir dan memisahkan sepasang suami istri karena Harut jatuh hati dengan istri orang itu. Banyak lagi lainnya tetapi intinya tidak ada dalil hadits yang shohih perbuatan keduanya.
  3. Bersumpah dengan menjunjung kitab suci Taurat. Dalam Islam diganti dengan al-Qur'an.
  4. Pesta ulang tahun untuk peristiwa-peristiwa yang dianggap penting.
  5. Pengantin duduk bersanding di pelaminan lalu berkudung dengan sehelai kain.
  6. Menggunakan cemara / menyambung rambut.
  7. Berpakaian hitam-hitam saat berkabung dalam kematian.
  8. Berdoa memohon kepada Elohim dan Nebi (kepada ALLAH dan Nabi).
  9. Menjadikan hari Sabtu sebagai hari raya (libur) dan berpantang, tidak bepergian jauh, menikah.
  10. Menggunakan lambang-lambang seperti bintang daud, segitiga bukit sion.

E. Contoh pengaruh ajaran agama/kepercayaan Nasrani

  1. Upacara ulang tahun. Dilakukan dengan menyalakan lilin di atas kue besar.
  2. Upacara tukar cincin, kawin perunggu, kawin perak, kawin emas yang dipengaruhi oleh Romawi.
  3. Membungkuk dalam memberi salam.
  4. Mematungkan seseorang yang dihormati.
  5. Meninggalkan kawin dan hidup membujang bagi biarawan/ti.
  6. Mengirimkan bunga kematian kepada keluarga yang berduka.
  7. Menancapkan salib di kuburan dengan berbagai bentuk nisan variasinya. Sebagian umat Islam pun mengikuti dengan menancapkan nisan yang mirip-mirip bentuk salib.
  8. Menjadikan hari ahad (minggu = hari besar Romawi) sebagai hari raya (libur).
  9. Menghiasi rumah ibadah (gereja) yang diikuti oleh sebagian umat Islam dengan menghiasi masjid.
  10. Mengucapkan salam dengan selamat pagi, selamat sore dsb.
  11. Dongeng-dongeng (sama dengan Israiliyat).
  12. Menggunakan lambang-lambang salib / aksamala (rosario) yaitu:
  • Salib sama panjang (tanda tambah) berarti kasih Yesus tidak memandang derajat dan bangsa.
  • Salib tegak bertiang panjang berarti Yesus siap menebus dosa.
  • Salib setengah berbaring berarti Yesus telah menyelesaikan tugasnya menebus dosa.
  • Salib terbalik berarti yesus bangkit kembali dan duduk disamping ayahnya.
  • Selesai upacara pesta makan-makan, sendok dan garpu dipalangkan yang artinya: "semoga berkat Yesus tetap atas kami."
  • Lambang Palang Merah berbentuk tanda tambah diambil dari salib suci Katolik oleh Henry Dunant, seorang dokter Katolik dari Swiss (lihat history of Medicine).
Demikian sedikit intisari dari buku tersebut dan bagi yang menginginkan secara detil saya sarankan untuk membelinya. Semoga dengan mengerti latar belakang suatu upacara ritual ibadah, kebiasaan, tradisi dan berbagai kegiatan dari luar Islam seperti di atas akan menjadikan kita terhindar dari perbuatan-perbuatan syirik, bid'ah maupun tasyabbuh (meniru) umat lain dimana perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Billahi tawfiq, wassalaamu'alaykum warokhmatulloohi wabarokaatuh.

Mengapa Saya Keluar Dari Syiah




Mengapa saya keluar dari SYIAH
Kesaksian Penulis Sebelum Dibunuh
Oleh: Sayyid Husain Al-Musawi
Penterjemah: Iman Sulaiman, Lc
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar - 2008


Buku yang berjudul asli “Lillahi Tsumma Li At-Tharikh” ini ditulis oleh mantan ulama kalangan Syiah yang lahir di Karbala (Iraq). Belajar di kota ilmu (hauzah) di Najaf tempat para ulama menimba ilmu agama. Ia mendapat gelar mujtahid di kalangan Syiah yaitu dari Sayid Muhammad Husain Ali Kasyif Al-Ghitha'. Selain itu, beliau juga mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi Imam Ayatollah Khomeini.yang dengan demikian pada awalnya ia adalah seorang ulama Syiah yang disegani sebelum akhirnya mendapat hidayah dan kembali ke jalan yang benar, ahlussunnah (Sunni).

 Abdullah bin Saba’

Buku ini membahas pertama kali mengenai keberadaan Abdullah bin Saba’ yaitu tokoh Yahudi (menampakkan diri sebagai seorang Muslim) yang menyempal dari ajaran Nabi Muhammad - shollallohu ‘alayhi wasallam dan mempelopori aliran Syiah.
Penyimpangan Abdullah bin Saba’ adalah ia menuhankan Sahabat Ali - Radhiyallohu anhu. Ia juga mencaci maki Abu Bakar, Umar dan Ustman serta sahabat-sahabat lainnya - Radhiyallohu anhum serta istri-istri Rasulullah.

Kebanyakan ulama Syiah tidak mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’ dan menyatakan ia hanyalah dongengan kaum Sunni. Namun di kitab terkenal kaum Syiah yaitu Ashlu Asy-Syi’ah wa Ushuluha hal 40-41 penulis mendapatkan pernyataan yang menunjukkan keberadaan Abdullah bin Saba’. Misalnya tertulis di dalamnya, “Adapun Abdullah bin Saba’ yang mereka lekatkan dengan Syiah, maka seluruh kitab Syiah menyatakan melaknatnya dan berlepas diri daripadanya….” Bukan itu saja, keberadaan Abdullah Bin Saba’ pun tertulis dalam kitab-kitab muktabar kaum Syiah seperti riwayat dari Abu Ja’far, Al-Maqmani dalam Tanqihu Al-Maqal fi Ilmi Rijal, Ibnu Abi al-Hadidi dalam Syarah Nahjul Balaghah, Sayid Ni’matullah al Jazairi dalam Al-Anwar An-Nu’maniyah dan seterusnya. Jadi banyak ulama Syiah telah berbohong dengan mengatakan Abdullah bin Saba’ adalah tokoh reka-reka kalangan Sunni.

 Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak/dibatasi waktunya)

Penulis tidak lupa membahas pernikahan Mut’ah yang menjadi syariat di kalangan kaum Syiah. Secara istilah mut’ah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya (bila) meninggal sebelum berakhirnya masa nikah mu’ah itu. (Fathul Bari 9/167, Syarah shahih muslim 3/554, Jami’ Ahkamin Nisa’ 3/169).

Mut’ah pada awal Islam diperbolehkan oleh Rasulullah ketika dalam peperangan. Ini dapat dilihat pada Hadits Abdullah bin Mas’ud: “berkata: Kami berperang bersama Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedangkan kami tidak membawa istri istri kami, maka kami berkata bolehkan kami berkebiri? Namun Rasululloh melarangnya tapi kemudian beliau memberikan kami keringanan untuk menikahi wanita dengan mahar pakaian sampai batas waktu tertentu”. (HR. Bukhari 5075, Muslim 1404).

Kemudian hukum diperbolehkannya Mut’ah telah dimansukh (dihapuskan) dengan dalil antara lain: Hadits Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu: “Dari Ali bin Abi Thalib berkata: Sesungguhnya Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang nikah mut’ah dan memakan daging himar jinak pada perang khaibar” (HR. Bukhari 5115, Muslim 1407).

Namun, di kalangan Syiah – Mut’ah justru dianjurkan dengan membuat berbagai riwayat dusta seakan-akan Mut’ah mempunyai keutamaan semisal:

- Nikah Mut’ah satu kali seakan berkunjung ke Ka’bah tujuh puluh kali.
- Mengkafirkan yang tidak menjalankannya.
- Berpahala dan diampuni dosa berkat mut’ah yang dilakukannya.
- Akan aman dari murka Allah.

Dengan riwayat-riwayat tersebut maka para ulama kota ilmu Najaf, wilayah Husainiyat dan para imam bersemangat melakukan Mut’ah dengan banyak wanita setiap hari. Imam Al-Kulaini menjelaskan bahwa Mut’ah dibolehkan walau hanya dengan satu kali tidur antara laki-laki dan wanita. Tidak disyaratkan apakah wanita tersebut telah baliq dan berakal. Ketika seorang Imam (terkenal dalam revolusi Iran tahun 1979) pergi ke Iraq, penulis sering berkunjung kepadanya untuk menuntut ilmu. Suatu ketika, penulis dan Imam tersebut diundang ke kota sebelah barat Mosul. Mereka disambut dengan gembira dan dimuliakan dan tinggal di salah satu keluarga Syiah di sana.

Sepulangnya dari sana mereka melewati Baghdad dan ingin beristirahat di rumah sahabat Imam asal Iran yang bernama Sayid Shahib. Ia pun meminta si Imam untuk menginap di situ. Setelah acara akan malam yang dihadiri oleh beberapa kenalan, maka ketika hendak tidur, Imam melihat anak perempuan yang sangat cantik berumur sekitar 4-5 tahun. Imam meminta kepada bapaknya yaitu Sayid Shahib agar diijinkan mut’ah dengannya. Sang bapak menyetujuinya dan bahkan sangat senang walaupun malam itu terdengar si anak menangis. Walaupun penulis menunjukkan ketidaksukaannya dengan kejadian itu tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Imam itu memang membolehkan Mut’ah dengan anak yang masih disusui asalkan sekedar cumbuan - tidak dengan jima’ yang sesungguhnya (lihat kitabnya Tahrir Al-Wasilah 2/241, Nomor 12).

Anehnya, Mut’ah diperbolehkan oleh para ulama dan Imam Syiah tetapi ketika putri-putri mereka diminta untuk dinikahi Mut’ah oleh para pemuda maka mereka menolak dan mengatakan hal itu haram atas anak-anak para pembesar.

Sesungguhnya sangat besar kerusakan Mut’ah ini karena merusak syariat, bahkan Mut’ah ini dilakukan tanpa saksi dan boleh dengan wanita bersuami. Jadi tidak lain hanyalah zina belaka. Ada suatu kejadian dimana seorang wanita yang pernah Mut’ah dengan seorang tokoh yaitu Sayid Husain Shadr dua puluh tahun lalu dan kemudian memperoleh anak perempuan darinya, diketahui kemudian ketika anaknya telah besar ternyata hamil pula olehnya karena Mut’ah. Tidak sampai di sini saja kerusakan kalangan Syiah, merekapun membolehkan mendatangi istri ‘di tempat’ yang tidak seharusnya dan jelas-jelas dilarang dalam Islam, malahan dalam keadaan darurat seorang pria yang kesepian ketika jauh dari rumah dan tidak ingin berzina diperbolehkan ‘mengawini’ laki-laki yang belum berjenggot (homoseksual), sungguh suatu kemaksiatan besar.

 Kitab Samawi

Ada kitab-kitab samawi selain al-Qur’an yang diyakini kaum Syiah diturunkan kepada Nabi Muhammad - Shollallohu ‘alayhi wasallam dan dikhususkan untuk Imam Ali - Radhiyallohu anhu dan ditulisnya, kitab-kitab ini disembunyikannya yaitu:

  1. Al-Jamiah
  2. Shahifah An-Namus
  3. Shahifah Al-Abithah
  4. Mushaf Fathimah
  5. Al-Qur’an tersembunyi yang ada pada Ali dan para Imam sesudahnya (ini berarti yang ada saat ini dianggap tidak asli)
  6. Taurat, Injil dan Zabur dst. hingga 12 kitab.
Ini menunjukkan bahwa mereka mempercayai adanya firman Allah dalam kitab selain Al-Qur’an Al-Karim yang ada saat ini.

 Imam Kedua Belas

Mereka yang mengikuti ajaran ini disebut sebagai Syiah Imamiyah mempercayai bahwa mereka mempunyai 12 orang pemimpin, yang pemimpin pertamanya adalah Imam Ali ra. Imam Kedua Belas yang dikenal dengan nama al-Qasim atau al-Muntazhar diyakini kelak akan:

  • Membunuh orang Arab.
  • Menghancurkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dan menganggap lebih baik Karbala di Iraq.
  • Menegakkan hukum keluarga Daud dan Sulaiman. Dari sini bisa diketahui bahwa nuansa ajaran Yahudi sangat kental dalam ajaran Syiah.
Demikian sekilas isi buku “Mengapa Saya Keluar Dari Syiah” dimana karena buku ini, melalui fatwa dari ulama Hauzah, penulis buku ini telah dicabut semua gelar keilmuannya, dimurtadkan dan kalangan Syiah diharamkan membaca bukunya. Masih banyak yang dibahas dalam buku tersebut seperti a.l. masalah Khumus (infaq 1/5 dari harta orang Syiah yang diambil oleh para ulama mereka), kebencian, pengkafiran dan penghalalan darah serta harta Ahlus Sunnah di mata orang Syiah, caci maki dan hinaan mereka terhadap sahabat (Abu Bakar, Umar, Utsman Radhiyallohu anhum) serta istri-istri Nabi (Aisyah, Hafshah), celaan dan fitnah terhadap Rasulullah dalam masalah perkawinan beliau dengan Zainab mantan istri Zain bin Haritsah dan lain sebagainya.

Wallahu a’lam bishshowab.